Tumor Mata Makin Parah, Nuraini Makin Cinta Bacaan Al-Qur'an. Mohon Doa dan Supportnya

 

JAKARTA, Infaq Dakwah Center (IDC) – Genap berusia tiga tahun, ujian hidup Nuraini semakin berat. Derita tumor ganas di matanya jauh melebihi kapasitas usianya yang masih balita. Nuraini tetap tegar dan ceria. Kalau tidur minta diiringi bacaan murattal Al-Qur'an.

Kondisinya semakin lemah, tak mampu berdiri, dan sesekali merintih kalau merasakan sakit nyut-nyutan di daerah tumornya. Meski kedua bola matanya sudah diangkat, namun daging tumbuh sebesar kepalan tangan orang dewasa tidak otomatis mengempis. Bahkan tumornya gosong menghitam dan mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Dengan sabar ayah, ibu dan neneknya bergantian membersihkan daging tumor itu setiap saat supaya tidak ada binatang dan belatungnya.

Alhamdulillah, Relawan IDC secara kontinyu mengawal proses pengobatan kanker mata ganas (retinoblastoma) balita Nuraini. Terakhir kali Relawan IDC membezuk Nuraini usai menjalani kemoterapi yang ke-12 selama 11 hari di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Selasa sore (2/12/2014).

Selain memberikan motivasi kepada pihak keluarga agar bersabar dan penuh tawakkal kepada Allah, Relawan IDC juga memberikan seluruh biaya yang diperlukan untuk pengobatan. Alhamdulillah, dengan bantuan ini, keluarga bisa fokus dalam urusan pengobatan, seluruh biaya pengobatan dan biaya hidup selama pengobatan di Jakarta bisa terpenuhi.

Saat dibesuk Relawan IDC, balita pasangan Budi Wiharso dan Malinda ini sedang tidur pulas. Badannya lemas meski sudah ditambah darah putih dan darah merah, serta disuntik leukokine sampai 4 kali. Ia juga disinar sampai 5 kali. Bila kondisi kesehatannya membaik dan memungkinkan, maka Nuraini akan menjalani Magnetic Resonance Imaging (MRI) di bagian kepala dan matanya.

“Sekarang udah ada perubahan sedikit, tangannya bisa megang dan bisa tidur miring. Tapi matanya yang kiri sekarang bengkak lagi. Ini kata dokter karena kankernya sudah menyebar, sudah stadium 4. Nah, nanti kalau sudah dilakukan MRI baru ketahuan detilnya,” ujar Suciati, sang nenek.

...Ada pemandangan mengharukan di ruang opname. Balita penderita tumor mata ganas ini tertidur lelap diiringi bacaan murottal Al-Qur’an...

Meski dokter sudah berupaya semaksimal mungkin, tapi kondisi kanker mata balita kelahiran Brebes 30 November 2011 ini semakin parah. Daging kanker mata Nuraini  yang sebesar kepalan tangan orang dewasa itu sudah mulai membusuk. Warnanya menghitam dan mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat.

“Sekarang itu kondisinya hitam, membusuk dan bau menyengat. Jadi harus tiap hari dibersihkan, supaya ngga ada binatangnya, belatung,” ucap sang nenek dengan logat ngapak khas Brebes.

 

TETAP CERIA, NGIDAM KURMA DAN SUARA BINATANG

Betapapun berat beban penderitaan yang harus dirasakan, balita yang bercita-cita ingin jadi guru ngaji ini nampak ceria seperti layaknya balita seusianya.

Saat menjalani kemoterapi yang ke-12, Relawan IDC sangat terharu menyaksikan pemandangan di ruang opname. Nuraini tertidur lelap sambil diiringi bacaan murottal Al-Qur’an. Menurut sang bunda, Nuraini memang suka minta disetelkan murattal dan pengajian.

Nuraini yang kini sudah tak mampu lagi berdiri dan sesekali merintih akibat rasa sakit yang dideritanya. Ketika kondisinya agak stabil, Nuraini meminta hal-hal yang aneh seperti orang ngidam. Ia minta dibelikan kurma padahal seumur hidupnya belum pernah melihat kurma. Ia juga minta dibelikan mainan yang bisa mengeluarkan suara binatang.

“Kemarin suka minta kurma padahal dia belum pernah lihat kurma. Terus minta tablet-tabletan mainan anak-anak yang ada suara binatangnya. Dia senang ada suara binatang,” ujar sang nenek berkaca-kaca.

 

PONTANG-PANTING MENGAIS KEPEDULIAN

Seperti diberitakan sebelumnya, Nuraini dilahirkan dalam keadaan normal. Sampai berusia satu tahun ia tumbuh normal, cantik, sehat, lucu, ceria, dan ceriwis yang menggemaskan. Di kampungnya, ia dikenal sebagai balita yang ceriwis dan senang bermain bersama teman-teman sebayanya.

Namun semuanya berubah total setelah berusia sekitar satu tahun. Kanker mata Nuraini tumbuh begitu cepat, hingga saat ini benjolan kanker di mata sebelah kanan bagitu besar.

Untuk pengobatan Nuraini, berbagai upaya ditempuh orang tuanya, mulai dari menjual barang berharga, menggadaikan sawah, meminta bantuan kepada sanak famili, dan sebagainya.

Tumor mata yang diderita Nuraini ini mengganas hingga stadium 4 karena pengobatannya terkendala biaya. Saat tumornya belum parah, kedua orang tuanya pontang-panting meminta bantuan ke mana-mana, termasuk kepada instansi pemerintah terkait, namun hasilnya nihil. Bahkan proposal yang dikirim kepada orang nomor satu di daerahnya pun hanya membuahkan bantuan rupiah yang sangat minim.

Alhamdulillah, setelah dibantu donatur IDC, seluruh biaya pengobatan bisa terpenuhi, termasuk biaya hidup selama pengobatan di Jakarta yang tidak bisa dipastikan sampai kapan. Karena dokter belum bisa memprediksi Nuraini harus menjalani kemoterapi berapa kali lagi dan harus menjalani rawat inap berapa lama?

...Karena dokter belum bisa memprediksi Nuraini harus menjalani kemoterapi berapa kali lagi...

DONASI PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM

Musibah yang dialami balita Nuraini adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).

Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan biaya pengobatan ananda Nuraini bisa mengirimkan donasi ke program Dana Infaq Darurat (DINAR) IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302  a/n: Yayasan Infak Dakwah Center.
  6. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a/n Yayasan Infaq Dakwah Center.
  7. Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

 

CATATAN:

  • Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
  • Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
  • Bila biaya pengobatan Nuraini tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
  • Info: 08567.700020 – 08999.704050
  • PIN BB: 2AF8061E.

BERITA TERKAIT: